Kamis, 22 Desember 2011

Contoh Kasus Peti mati

Hari Senin kemarin (6/6) , kota Jakarta dihebohkan dengan 100 peti mati yang dikirimkan ke beberapa media dan puluhan kantor advertising. Awalnya ini diduga teror kepada media-media, terutama mereka yang kritis pada pemberitaan tertentu. Namun di siang hari terungkap ini jurus marketing dari sebuah perusahaan advertising Buzz&Co, agar terkenal sekaligus launching buku “Rest In Peace Advertising”.
Kepanikan dan kehebohan tentu saja melanda kantor-kantor yang mendapat kiriman peti mati tersebut. Beberapa media seperti Koran Tempo, Detik.com, Jakarta Post, Metro TV, Kompas.com dll, segera menghubungi pihak kepolisian. Masih segar dalam ingatan publik, beberapa waktu lalu ada teror bom buku yang dikirim kepada beberapa tokoh. Lalu ini dikirimi peti mati, walaupun kosong – tidak ada bom --- tetapi ada secarik tulisan www.restinpeacesoon.com dengan disertai nomer, misalnya 666. Konon website ini tidak bisa diakses, dan bila memasukkan nomer/kode tersebut baru bisa diakses.
Alhasil ‘teror’ ini cukup sukses  merepotkan banyak pihak. Akhirnya Kepolisian mampu menemukan (atau memang dipermudah, kan untuk marketing) pengirim peti mati ini, yaitu Sumardy , CEO Buzz&Co sebuah perusahaan advertivising yang berkantor di gedung Mayapada. Konon hari ini akan diputuskan apakah Sumardy ini akan dijadikan tersangka atau tidak. Jika tersangka, pasal 335 tentang perbuatan yang tidak menyenangkan yang akan dikenakan pada Sumardy.
Sebagian dari publik menganggap ini hanya lelucon dan mengapresiasi positif tentang jurus marketing baru ini. Secara hokum, Sumardy mempunyai celah untuk bebas, karena dengan cara pandang yang berbeda, semua aktivitas yang dia lakukan bukanlah teror. Peti mati hanyalah simbol untuk mengatakan jurus-jurus marketing konvensional sudah ketinggalan jaman. Kode-kode atau nomer yang dia kirim adalah akses masuk ke websitenya, dan hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti.
Dari sudut pandang Sumardy, tentu semua benar. Tetapi dia mengabaikan (dan kecenderungan marketing umumnya) nilai-nilai sosial maupun kegelisahan masyarakat. Pada cara pandang yang umum, wajar bila para perusahaan media yang mendapat kiriman peti mati panik, karena teror ke media sudah sering terjadi, mulai dari bom molotov, celana dalam, kepala binatang, dll. Dan terakhir radio 68H mendapatkan bom buku. Otomatis publik pun akan tergiring berpikir peti mati ini adalah teror. Aku kira Sumardy tahu persis soal ini, dan justru memanfaatkan momen ini supaya heboh.
Apa yang dilakukan marketing peti mati ini merusak kepercayaan masyarakat . Maraknya teror bom membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaannya. Pihak kepolisian juga tak henti-henti mengajak masyarakat untuk lebih waspada. Dampaknya bisa kita lihat , bagaimana masyarakat kemudian mudah melaporkan bila ada tas atau bungkusan plastik tak bertuan. Tetapi dengan adanya marketing peti mati ini, justru kewaspadaan itu dijadikan lelucon dan sekedar untuk mencari publisitas (baca= cari klien). Tujuan Buzz&Co memang tercapai, orang jadi tahu nama perusahaan ini. Sekian orang mengacungi jempol atas jurus ini. Tetapi apakah Sumardy dkk kemudian peduli pada dampak selanjutnya? Sebagian warga kemudian menjadi tak acuh pada lingkungannya, dan semua dianggap hanya lelucon saja.
Praktek marketing seperti itu – yang mengabaikan etika – sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia. Lihat saja iklan di TV. Terutama di produk obat yang sering menggunakan sosok dokter atau seolah-olah seperti dokter dengan memakai baju putih, dan menekankan khasiat obat tersebut. Padahal di dunia medis, iklan seperti itu dilarang. Akibatnya sebagian pemirsa akan percaya pada obat tersebut, karena ‘dokter’ yang bicara di TV. Penyesatan yang lebih halus tapi lebih ngawur, terlihat di iklan kosmetik. Misalnya ada perempuan yang putus dengan pacarnya, karena kulitnya hitam. Setelah memakai kosmetik tertentu, jadi putih dan pacarnya kembali.  Baru-baru ini, aku mendengar ada acara Fun Bike dengan slogan Go Green, tetapi sponsor utamanya adalah perusahaan rokok. Sungguh ironis.
Tujuan dari sebuah aktivitas marketing adalah mempunyai sebuah merek atau produk dikenal oleh pasar. Tidak ada yang salah dengan tujuan ini. Namun dalam cara mencapainya , kadang kala orang-orang marketing memakai kacamata kuda, menutup diri pada dimensi-dimensi lain dari kehidupan, yang penting tercapai tujuan.
 Mungkin istilah kacamata kuda kurang tepat, karena seperti yang dilakukan Sumardy dan Buzz&Co, justru sangat melihat dan mendengar  apa yang sedang dirasakan masyarakat saat ini , atau istilah yang suka dipakai : insight konsumen. Dan memakai insight itu untuk kepentingan bisnis. Saat ini masyarakat lagi gelisah soal teror bom, maka ini saat yang tepat untuk mempromosikan produk tertentu dengan insight tersebut.  Kira-kira demikian alur berpikir Sumardy dkk itu. Tetapi mereka tidak memperdulikan dampak sosial seperti kerusakan “trust” / kepercayaan, tingkat kewaspadaan masyarakat, dstnya.
Pada tataran hukum, memang sebaiknya Sumardy dkk mendapat hukuman pidana, agar menimbulkan efek jera bagi yang lain. Ini mungkin setara dengan kasus-kasus sebelumnya, ada orang iseng yang menelepon sebuah gedung dan mengatakan ada bom di situ. Bedanya motif orang-orang itu ada yang murni iseng, ada yang sakit hati dengan salah satu orang di gedung itu, sementara motif Sumardy adalah bisnis, cari uang lewat sensasi.
Secara sosial, masyarakat juga perlu memberi sanksi kepada Sumardy, Buzz&Co. Sanksinya sederhana, jangan pakai lagi advertising ini, bahkan jangan percaya pada produk-produk keluaran mereka. Ketika mereka merusak kepercayaan sosial, masihkah kita percaya pada ‘kreativitas

Permasalahan dalam etika bisnis

Masalah Dalam Etika Bisnis

Aspek bisnis yang paling menimbulkan pertanyaan menyangkut etika adalah inovasi dan perubahan. Sering terjadi tekanan untuk berubah membuat perusahaan atau masyarakat tidak mempunyai pilihan lain. Perusahaan harus menanam modal pada mesin dan pabrik baru yang biasanya menimbulkan masalah karena ketidakcocokan antara keahlian tenaga kerja yang dimiliki dan yang dibutuhkan oleh teknologi baru. Sedangkan perusahaan yang mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang cukup besar sehingga memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Keuntungan ekonomis dari inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama.
Sayangnya biaya sosial dari perubahan jarang dibayar oleh para promotor inovasi. Biaya tersebut berupa hilangnya pekerjaan, perubahan dalam masyarakat, perekonomian, dan lingkungan. Biaya-biaya ini tak mudah diukur. Tantangan sosial yang paling mendasar berasal dari masyarakat yang berdiri di luar proses. Dampak teknologi baru bukan mustahil tak dapat diprediksi. Kewaspadaan dan keterbukaan yang berkesinambungan merupakan tindakan yang penting dalam usaha perusahaan memenuhi kewajibannya.
Dampak inovasi dan perubahan terhadap tenaga kerja menimbulkan banyak masalah dibanding aspek pembangunan lainnya. Banyak pegawai menganggap inovasi mengecilkan kemampuan mereka. Hal ini mengubah kondisi pekerjaan serta sangat mengurangi kepuasan kerja. Perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk menyediakan lapangan kerja dan menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja dalam masa perubahan. Termasuk di dalamnya adalah
mendukung, melatih, dan mengadakan sumber daya untuk menjamin orang-orang yang belum bekerja memiliki keahlian dan dapat bersaing untuk menghadapi dan mempercepat perubahan.
Monopoli adalah contoh yang paling ekstrem dari distorsi dalam pasar. Ada banyak alasan untuk melakukan konsentrasi industri, misal, meningkatkan kemampuan berkompetisi, memudahkan permodalan, hingga semboyan “yang terkuat adalah yang menang”. Penyalahgunaan kekuatan pasar melalui monopoli merupakan perhatian klasik terhadap bagaimana pasar dan pemasaran dilaksanakan. Kecenderungan untuk berkonsentrasi dan kekuatan nyata dari perusahaan raksasa harus dilihat secara hati-hati.
Banyak kritik diajukan pada aspek pemasaran, misal, penyalahgunaan kekuatan pembeli, promosi barang yang berbahaya, menyatakan nilai yang masih diragukan, atau penyalahgunaan spesifik lain, seperti iklan yang berdampak buruk bagi anak-anak. Diperlukan kelompok penekan untuk mengkritik tingkah laku perusahaan. Negara pun dapat menentukan persyaratan dan standar.
Unsur kepengurusan adalah bagian penting dari agenda kebijaksanaan perusahaan karena merupakan kewajiban yang nyata dalam bertanggungjawab terhadap barang dan dana orang lain. Perusahaan wajib melaksanakan pengurusan manajemen dengan tekun atas semua harta yang dipertanggungjawabkan pada pemberi tugas. Tugas terutama berada pada pundak direksi yang diharapkan bertindak loyal, dapat dipercaya, serta ahli dalam menjalankan tugasnya. Mereka tidak boleh menyalahgunakan posisinya. Mereka bertanggung jawab pada perusahaan juga undang-undang. Dalam hal ini auditing memegang peranan penting dalam mempertahankan stabilitas antara kebutuhan manajer untuk menjalankan tugasnya dan hak pemegang saham untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan para manajer. Perdebatan mengenai gaji direksi terjadi karena adanya ketidakadilan dalam proses penentuannya, ruang gerak yang dimungkinkan bagi direksi, kurang jelasnya hubungan antara kinerja organisasi dan penggajian, paket-paket tambahan tersembunyi dan kelemahan dalam pengawasan. Tampaknya gaji para direksi meningkat, sementara tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata cenderung menurun, dan nilai saham berfluktuasi. Hal ini menimbulkan kritik dan kesadaran untuk menyoroti kenaikan gaji para eksekutif senior. Informasi dan pembatasan eksternal merupakan unsur penting dalam upaya menyelesaikan penyalahgunaan yang terjadi.

tugas Etika Bisnis

tugas etika bisnis

SEMANGAT PELAYANAN PRIMA YANG DI LAKUKAN
Pelayanan kepada pelanggan juga termasuk aspek komunikasi. Bahkan, ini bisa menjadi langkah kunci untuk menambah loyalitas pelanggan. Pada gilirannya, keputusan pelanggan bisa memicu munculnya iklan gratis dari mulut ke mulut. Selain itu Pelayanan prima biasanya berhubungan erat dengan bisnis jasa pelayanan yang dilakukan dalam upaya untuk memberikan rasa puas dan menumbuhkan kepercayaan terhadap pelanggan atau konsumen, sehingga pelanggan merasa dirinya dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan benar. Menspesialkan pelanggan, menunjukkan bahwa pelanggan adalah raja.
Betapa pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan karena keberhasilan pelayanan prima dapat juga menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pelayanan prima dapat menimbulkan keputusan pihak pelanggan untuk segera membeli produk yang kita tawarkan pada saat itu juga.
2. Pelayanan prima dapat menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhdap produk kita.
3. Pelayanan prima diharapkan dapat mempertahankan pelanggan agar tetap loyal (setia) menggunakan produk kita.
4. Pelayanan prima diharapkan dapat mendorong pelanggan untuk kembali lagi membeli produk kita.
5. Pelayanan prima dapat menghindarkan terjadinya tuntutan-tuntutan terhadap penjual yang tidak perlu.
CONTOH SEMANGAT PELAYANAN PRIMA YANG DILAKUKAN
pelayanan yang baik dalam usaha warnet. Mudah sekali menarik pelanggan, selain hanya menyewakan PC sebagai jasa pelayanan internet sediakan saja tempat yang seperti bukan di warnet, dalam artian buatlah agar pelanggan merasa nyaman di tempat usaha warnet tersebut
II. SEMANGAT FAIRNESS
Semangat Fairness merupakan hal yang sangat mudah dipahami, kerena kejujuran, keadilan, kejujuran sangatlah penting, kejujuran adalah modal penting untuk menuju sukses, mengutamakan kejujuran yang paling diutamakan serta keadilan. tetapi sangat peka dan begitu penting yang perlu dimiliki setiap orang yang bekerja dalam suatu perusahaan. Hal ini menentukan bagaimana beretika yang baik terhadap sesama rekan atau bahkan kepada atasan atau bawahan. Dengan begitu akan tercipta jiwa yang sportif dalam setiap pekerjaan dengan rekan kerja sehingga akan menghasilkan output yang bagus pula. Memang pada dasarnya sulit untuk dilaksanakan dengan berbagai alasan, namun hal ini yang menjadikan seseorang berbeda dengan yang lain. Perbedaan inilah yang menjadikan seseorang akan unik dalam menjalankan tugas – tugasnya.
CONTOH SEMANGAT FAIRNESS
Dalam pertandingan olahraga bola setiap kali pertandingan pasti ada adanya wasit sebagai penengah dalah suatu pertandingan, agar pertandingan olahraga tersebut berjalan dengan jujur dan adil dan tidak merugikan pihak manapun.
III. SEMANGAT HARMONIS & KERJASAMA
Semangat Harmonis dan Kerjasama akan tercipta bila mulai dari individu sudah tertanam jiwa menghargai dan kerjasama yang tinggi terhadap individu lain sehingga akan tercipta keleompok – kempok bagian di perusahaan yang harmonis dan memiliki kerjasama yang kuat. Karena dalam keharmonisan dalam melakukan sesatu hal penuh dengan pertimbangan serta kerjasama dalam melakukan suatu tindakan dan tepat mengambil keputusan , sehingga keputusan yang diambil bias sesuai yang diinginkan dan memuaskan. Dan pada akhirnya akan tercipta individu – individu yang kompeten dalam bidangnya masing –masing karena selalu damai dalam melakukan sesatu hal penuh dengan pertimbangan serta kerjasama dalam melakukan suatu tindakan serta tepat mengambil keputusan , sehingga keputusan yang diambil bias sesuai yang diinginkan dan memuaskan.
CONTOH SEMANGAT HARMONIS & KERJASAMA
Seperti kita bermain bola, dalam sebuah tim untuk mencetak gol ke gawang lawan Pemain sejago apapun jika dia bermain/ menggiring bola sendiri maka menjadihal mustahil untuk mencetak gool, Begitu pula dalam sebuah Perusaahan Kerjasama TIM sangatlah penting Untuk mencapat target atau tujuan penjualan yang akan diharapkan
IV. SEMANGAT KERJA KERAS UNTUK MAJU
Semangat Kerja Keras untuk Maju menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap karirnya, dengan begitu ada keinginan dalam dirinya untuk menyelesaikan setiap tugas – tugasnya dengan baik. Jika seseorang tersebut sudah melakukan kerja keras yang tentunya dengan kompetensi – kompetensi yang seseorang miliki maka kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan akan tercapai.

Bagi seseorang yang memiliki jiwa Semangat Kerja Keras untuk Maju akan memiliki semangat juang yang tinggi dalam setiap pekerjaan yang dijalani hingga selesai dengan hasil yang memuaskan. Adanya visi yang yang tertanam dalam jiwa seseorang untuk maju dan mau berusaha semaksimal mungkin dalam pekerjaan sekecil apapun, akan menjadikan seseorang tersebut terbiasa dengan kerja keras dalam setiap pekerjaan yang sedang atau akan dijalani.
CONTOH SEMANGAT KERJA KERAS
Bob sadino tahun 1961 menjual mercedes band miliknya untuk mebeli sebidang tanah di daerah kemang Jakarta dan sisanya untuk memulai usah ternak ayamnya, dalamtempo setenga tahun ia mendapat banyak pelanngan terutama orang asing, karena OM BOB fasih dalam berbicara bahasa Inggris. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Dan kita bisa ambil dari cerita dari OM BOB, Sapaan akrabnya Bahwa Dengan kerja Keras maka akan menuai kesukseasan

V. SEMANGAT HORMAT DAN RENDAH HATI
Semangat Hormat dan Rendah harus dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, waktu dan tempat kapanpun dimanapun, atasan dan bawahan, tua dan muda di suatu perusahaan. Dengan begitu akan tercipta Semangat Harmonis dan Kerjasama dengan tercapainya suatu tujuan yang di cita – citakan.
CONTOH SEMANGAT HARMAT DAN RENDAH HATI
Tidak memandang strata atau jabatan di dalam suatu perusahaan, karena jika tidak ada seorang Office Boy didalam perusahaan maka tidaka akan ada yang membuatkan kopi bagi manajer. Hal ini merupakan contoh kecil dimana strata atau jabatan apapun memiliki perannya masing – masing dan memiliki tugasnya masing – masing. Jika dalam suatu sistem tatanan perusahaan tidak memiliki atau bahkan kehilangan satu sistem saja maka tidaka akan berjalan lancar di perusahaan tersebut atau bahkan akan terhenti dari produktifitas perusahaan selama ini.
VI. SEMANGAT MENGIKUTI ALAM
Alam harus kita jaga, Tuhan ALLah SWT memitipkan manusia sebagai Khalifah atas alam yang kita tinggal, smua yang kita ambil berasal dari alam, untuk itu kita harus menjaga alam.
CONTOH SEMANGAT MENGIKUTI ALAM
Seperti yang banyak dilakukan perusahaan dan pemerintah Melakukan Penananman 1000 pohon, menjaga lingkungan sekitar kita, serta membuat hutan kota yang berguna menyerap karbon dioksida.
VII. KEJUJURAN PANGKAL KESUKSESAN
Jujur merupakan hal penting dalam hidup baik, terutama dalam berbisnis, jujur dimulai dari Perkataan, Perbuatan, Ibu saya Pernah Berpesan Kepada Saya : Orang Yang dipegang Perkataan dan perbuatan, Sekali kamu berbuat Curang aatau tidak jujur maka Kamu TIDAK aKan di percaya orang. Dari situ saya berusaha untuk menjaga kepercayaan dari teman – teman, maupun orang tua
CONTOH KEJUJURAN/ KEPERCAYAAN PANGKAL KESUKSESAN
Contoh ini terjadi pada sebut saja inisialnya ID. Ketika ID baru masuk kuliah, kedua orang tua ID meberikan uang sebesar Rp. 500.000. ID membuka usaha pulsa dengan mengutang – utangkan kepada teman dengan modal kepercayaan kepada teman – teman , hampir setiap 2 – 3 hari sekali ID menyetor kepada distibutor Pulsa tersebut, karena ID bayar lancar, maka sang Distributor mempercayakan Meminjangkan modal Pulsanya kepada ID, untuk di jual oleh ID dan ID membayar pada hari berikutnya, Atas dasar kepercayaan dari temen – teman ID, sekarang ID pun menjadi makelar Hp teman – teman ID yang ingin menjual, ID pun mencari pembelinya, alhamdulillah ID dapat persenan dari barang yang telah terjual, Dari keuntungan pulsa dan persenan jual hp teman, ID pakai keperluan kuliah seperti fotokopi, ikut Ujian Mandiri, dan jajan – jajan ala kadarnya, sehingga orang tua tidak perlu lagi memberi uang jajan /uang saku kepada ID. Kini ID tau betapa pentingnya kejujuran dalam berusaha dan berbisnis.
VIII. SEMANGAT BERSYUKUR
Semangat Bersyukur atas usaha – usaha yang telah dilakukan sebelumnya agar mendapatkan hasil yang optimal dan memuaskan. Apapun hasilnya adalah hasil kerja keras yang telah individu, kelompok, instansi atau sebuah perusahaan lakukan, jika hasil kerja (output) menghasilkan output yang bagus, secara harfiah haruslaj dipertahankan dengan baik serta adanya kompeten yang bersangkutan untuk berinovasi yang lebih baik lagi. Jika sebaliknya tercipta output yang rendah dari hasil kerja yang telah individu, kelompok, instansi atau sebuah perusahaan lakukan, haruslah yang bersangkutan melakukan daya upaya melakukan perbaikan secara menyeluruh sebagai bentuk usaha perbaikan dari hasil kerja sebelumnya.

Dengan Semangat Bersyukur dan evaluasi hasil kerja yang telah individu, kelompok, instansi atau sebuah perusahaan lakukan maka akan tercipta langkah demi langkah kesempurnaan untuk output di masa yang akan datang.

Memberi tanggapan tentang pernyataan ini :
“Bisnis apapun adalah bagian dari sebuah sistem sosial dan atas dasar itu mempunyai hak dan tanggung jawab. Kebebasan untuk mengejar tujuan – tujuan ekonomis dibatasi oleh hukum dan tersalurkan melalui kekuatan pasar bebas, tetapi tuntutan tersebut bersifat minimal, karena hanya menuntut agar bisnis menyediakan barang dan jasa yang diinginkan, bersaing secara fair dan tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.”
Bisnis menurut pendapat saya adalah organisasi / perorangan yang menjual barang dan jasa dengan tujuan memperolah keuntungan baik keuntungan material maupun keuntungan psikologis rasa dimana ada satu tantangan dalam hidup yang tidak dirasakan oleh orang yang kerja kantoran, karena dalam bisnis pendapatan itu berflutuatif / ketidak pastian dalam memperoleh pendapatan kadang bisa naik, kadang turun pendapatanya
Bisnis yang sehat akan tercipta jika ada rasa kepercayaan, bersaing secara sehat / fair tanpa meninggalkan / melanggar aturan – aturan hukum, tujuan dibuat badan hukum ini baik agar ada pengandalian / tidak saling sikut – sikutan dan juga menlindungi pembisnis bermodal kecil [home indusri] dan juga melindungi produksi lokal agar tidak kalah saing dengan produk import

Contoh Kasus Etika Bisnis

Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah mendorong industri kimia  memperbaiki kinerjanya dengan menerapkan etika bisnis "Responsible Care" dengan mengutamakan tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitarnya.

"Salah satu tantangan industri kimia adalah meningkatkan kinerja melalui manajemen kimia yang selalu 'update' mengikuti perkembangan global," kata Direktur Jenderal Argoindustri Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, di Denpasar, Rabu.

Ia mengemukakan bahwa dalam "World Summit on Sustainable Development" di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 2002, semua negara mengadopsi rencana aksi bahwa bahan kimia harus dikelola dan  digunakan dengan meminimalkan dampak buruk secara signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Selain itu, upaya nyata untuk mencapai tujuan tersebut pada tahun 2020, Dewan Internasional Asosiasi Kimia (ICCA) mencanangkan strategi produk global yang sejalan dengan program PBB mengenai Strategi Pengolahan Kimiawi Internasional (SAICM).

"Pendekatan SAICM yang dicanangkan oleh PBB itu dipertegas lebih lanjut pada konferensi internasional tentang manajemen kimia pada bulan Februari 2006 di Dubai, UAE, yang kemudian dikenal dengan SAICM Goal 2020," kata Benny dalam Pembukaan Konferensi Responsibiltas Asia-Pasifik (APRCC) ke-12 itu.

Sementara itu, Ketua Umum Komite Nasional Responsible Care  Indonesia (KN-RCI) Kamaludin menambahkan bahwa suatu kehormatan bagi Indonesia yang tahun ini kembali dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara APRCC.

Sekretaris Jenderal dan Direktur KN-CRI Setyabudhi Zeber menegaskan bahwa tema APRCC 2011 menunjukkan adanya komitmen industri kimia di kawasan Asia-Pasifik untuk mencapai SAICM Goal 2020 dengan meminimalkan dampak bahan kimia terhadap lingkungan dan umat manusia

Asal usul etika bisnis

E T I K A

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000 ), mempunyai arti :

  • ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  • kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  • nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus” maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

  • nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
  • kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
  • ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika sama dengan filsafat moral.


E T I K A  S E H A R I – H A R I

Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:

Norma khusus

Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.
Norma Umum

Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :

  1. Norma sopan santun; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll.
  2. Norma hukum; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
  3. Norma moral;norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :

Pentingnya etika bisnis

Etika bisnis merupakan suatu studi mengenai prinsip-prinsip atau standar-standar moral dan bagaimana standar-standar ini berlaku bagi sistem dan organisasi yang digunakan oleh masyarakat untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa, dan bagi orang-orang yang bekerja di dalam organisasi tersebut.
Dua hal yang perlu dicatat dari pengertian di atas.
Pertama, etika bisnis bukanlah suatu jenis lain etika; ia adalah etika dalam konteks bisnis; memfokuskan pada apa yang merupakan perilaku yang benar atau salah di ranah bisnis dan bagaimana prinsip-prinsip moral diterapkan oleh para pelaku bisnis pada situasi-situasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka di lingkungan pekerjaan.
Kedua, para pelaku bisnis tidak perlu mengadopsi seperangkat prinsip etika untuk memandu mereka dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis dan seperangkat prinsip lain untuk memandu kehidupan pribadi mereka.
Dimensi Moral dalam Pengambilan Keputusan Bisnis
Terlepas dari rumitnya hubungan etika bisnis dengan ekonomi dan hukum, bisnis adalah organisasi ekonomi yang tidak hanya menjalankan kegiatannya berdasarkan aturan-aturan hukum yang berlaku, tetapi juga norma-norma etika yang berlaku di masyarakat.
Bahkan dapat dikatakan, bahwa seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab sosial, etika merupakan dimensi sangat penting yang harus selalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Cakupan Etika Bisnis
Isu-isu yang dicakup oleh etika bisnis meliputi topik-topik yang luas. Isu-isu ini dapat dikelompokkan ke dalam 3 dimensi atau jenjang, yaitu: (1) sistemik, (2) organisasi, dan (3) individu.
Isu-isu sistemik dalam etika bisnis berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul mengenai lingkungan dan sistem yang menjadi tempat beroperasinya suatu bisnis atau perusahaan: ekonomi, politik, hukum, dan sistem-sistem sosial lainnya.
Isu-isu organisasi dalam etika bisnis berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan etika tentang perusahaan tertentu.
Sementara itu, isu-isu individu dalam etika bisnis menyangkut pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul dalam kaitannya dengan individu tertentu di dalam suatu perusahaan.
Manajemen beretika, yakni bertindak secara etis sebagai seorang manajer dengan melakukan tindakan yang benar (doing right thing). Manajemen etika adalah bertindak secara efektif dalam situasi yang memiliki aspek-aspek etis. Situasi seperti ini terjadi di dalam dan di luar organisasi bisnis. Agar dapat menjalankan baik manajemen beretika maupun manajemen etika, para manajer perlu memiliki beberapa pengetahuan khusus.
Banyak eksekutif bisnis menganggap kultur korporat yang mereka pimpin, adalah sesuatu yang mereka inginkan. Mereka membuat lokakarya untuk mendefinisikan nilai-nilai dan proses-proses, menuliskan misi dan tujuan perusahaan pada poster, menyediakan sesi-sesi orientasi untuk pegawai baru, guna menjelaskan tujuan perusahaan dan lain-lain. Bahkan, ada yang mencetak statement nilai-nilai perusahaan di balik kartu identitas sebagai pengingat bagi para pegawai.

Semua itu memang penting dilakukan. Namun, ada hal yang lebih penting yang kerap dilupakan pemimpin bisnis. Kultur perusahaan sebenarnya didefinisikan oleh perilaku para eksekutif. Pegawai meniru perilaku bos karena boslah yang menilai, menggaji, dan mempromosikan mereka. Maka, para pemimpin tertinggi pada akhirnya bertanggung jawab atas kultur organisasinya, termasuk kultur etikanya.

Memang benar, pegawai secara individual bertanggung jawab atas perbuatannya. Mereka digerakkan seperangkat nilai-nilai atau prinsip-prinsip internal sendiri. Namun, ketika urusan perut, kedudukan, dan kekuasaan yang menjadi taruhan, orang akan melakukan apa saja agar berhasil. Terlalu sedikit orang yang punya nyali mengambil risiko bagi diri dan keluarga demi prinsip, terutama jika konsekuensinya tampak kecil, samar, dan tak terdeteksi.

Di sinilah strategisnya peran pemimpin. Agar pegawai bertindak sesuai prinsip, suatu organisasi bisnis harus dipimpin eksekutif yang bersungguh-sungguh membuat keputusan, tidak hanya menurut batasan-batasan bisnis dan legal, tetapi juga batasan-batasan etis. Secara sepintas, untuk menegakkan etika yang bagus sepertinya menghabiskan uang. Padahal, kepemimpinan yang etis justru bisa menghemat uang. Cobalah renungkan peran kualitas dalam bisnis. Sebagian besar industri Amerika sebelum 1970-an, menganggap produk dan jasa yang berkualitas terlalu mahal untuk diproduksi. Lalu, ada satu pelajaran besar yang diajarkan kepada industri Amerika oleh industri Jepang. Ironisnya, industri Jepang belajar dari ahli statistik Amerika, William Edwards Deming.

Pada 1947, Deming dikirim ke Tokyo untuk menjadi penasihat Markas Pasukan Sekutu, mengenai penerapan teknik sampling yang dikembangkannya. Di sana, dia berkesempatan bertemu dengan manajer Jepang, yang punya hubungan baik dengan Keindanren, serikat buruh besar di negara itu. Para manajer terpikat pada teori-teori manajemen Deming, yang mereka dengar sebelum perang. Mereka pun mengundangnya untuk memberi kuliah dan berbicara dalam seminar-seminar. Singkat cerita, industri Jepang mengadopsi teori-teori manajemen Deming dan sepuluh tahun kemudian, produk-produk Jepang mulai mengalir ke AS.

Konsumen AS tak salah, sebab barang-barang Jepang memang lebih bagus dan lebih murah. Itulah titik balik sejarah dunia. Kini, perusahaan otomotif, elektronik, dan semikonduktor Jepang, benar-benar menikmati hasil pelajaran itu. Industri Jepang bisa mendominasi pasar dunia dalam hal kepuasan pelanggan, dengan biaya manufaktur yang paling rendah. Pelajaran besar yang diajarkan industri Jepang adalah tentang imbalan dari biaya (baca, komitmen) kepada kualitas dan pelayanan kepada konsumen.

Paradigma peran kualitas itu juga berlaku pada etika. Pelaksanaan etika yang buruk, bisa mengarah kepada kerugian finansial. Ilustrasinya, ketika suatu perusahaan mematok keuntungan terlalu tinggi dan mengeksploitasi konsumen, maka prinsip pertama makro ekonomi akan berlaku. Ketika rate of return berlebihan, maka kompetitor masuk untuk mengoreksinya. Kompetitor menekan harga turun, menghasilkan profit subnormal, bahkan kerugian dan pada akhirnya perusahaan yang paling tidak efisien akan tersingkir dari pasar.

Bukan suatu kebetulan bila secara empiris, etika berkorelasi dengan rate of return. Perhatikanlah, nilai investasi di perusahaan-perusahaan AS yang menjunjung tinggi komitmen tanggung jawab sosial, naik secara tajam pada tahun 1995-1997. Aset-aset di perusahaan seperti itu –tidak termasuk perusahaan tembakau, senjata, atau perusahaan yang dikritik karena praktik perburuhan mereka— naik 227 persen dalam dua tahun (dari 162 miliar dolar AS menjadi 529 miliar dolar AS). Ini sangat mengesankan, mengingat pada periode yang sama, pasar secara keseluruhan tumbuh hanya 84 persen dan S&P hanya 60 persen.

Tidak berlebihan bila dikatakan, kelangsungan suatu organisasi bisnis akan ditentukan seberapa kuat penegakan etika di dalamnya. Kultur etika organisasi bergantung kepada pemimpinnya.

Selama ini, banyak orang salah memahami arti kepemimpinan. Umumnya, orang melihat pemimpin adalah kedudukan atau posisi semata, sehingga banyak orang mengejarnya dengan menghalalkan segala cara. Ada yang membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman, dan sebagainya. Pemimpin hasil dari cara seperti itu, akan selalu menggunakan kekuasaannya dalam mengarahkan, memperalat, bahkan menguasai orang lain, agar orang lain mengikutinya. Pemimpin jenis ini, umumnya suka menekan, dan sebagai akibatnya, dia bukan pemimpin yang dicintai. Anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi Anda tidak bisa memimpin orang lain dengan efektif tanpa mencintai mereka.

Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.

Contoh kasus Enron yang selain menhancurkan dirinya telah pula menghancurkan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki reputasi internasional, dan telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan bahwa penyebab utamanya adalah praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena lemahnya kepemimpinan para pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan tersebut, kita harus makin waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu perusahaan hanya semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu emas.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena :
  • Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
  •  Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
  •  Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga
  •  Akan meningkatkan keunggulan bersaing.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
  • Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
  • Memperkuat sistem pengawasan
  • Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

    Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal oleh para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di NYSE ( antara lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT) dimana diwajibkan untuk membuat berbagai peraturan perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan ketentuan dari Sarbannes Oxley yang diterbitkan dengan maksud untuk mencegah terulangnya kasus Enron dan Worldcom.

Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat ini sudah sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi di muka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin dapat menjadikan perusahaan menjadi kokoh. Kita harus mensinergikan antara etika dengan bisnis dengan menggunakan perilaku etika untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.